(Sebagai Calon Guru Agama atau Pewarta Sabda Allah)
Oleh Frasiskus Woogaadaabi Doo, S.S
A. PENGANTAR
Pada kesempatan ini kami (Woogaadaabi) hendak mencoba mengecek motivasi awal para mahasiswa-mahasiswi masuk dan memilih sekolah ini dan bukan sekolah lain, sebelum kami menyampaikan materi tentang “SIKAP IMAN & PENDIDIKAN MORAL SEBAGAI CALON GURU AGAMA ATAU PEWARTA SABDA ALLAH”.
Mengapa anda justru memilih sekolah ini dari pada sekolah lain?
Mengapa kita mau dididik/dibina/diajari untuk menjadi guru agama katolik atau menjadi pewarta dalam umat kita?
B. PENGERTIAN IMAN
Iman = percaya & Sikap = keputusan/perilaku
Dalam hidup setiap hari, kita harus percaya pada berbagai macam hal, berdasarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Bernapas pun juga karena percaya. Kita tidak bisa menyelidiki udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita makan, dan sebagainya, meskipun kita percaya bahwa semua itu ada.
Kepercayaan akan Firman Tuhan adalah karunia yang datang dari Allah (bdk Mat 16:17;
1 Kor. 12:3; 2Ptr 1:11, dll). Karena itu Iman/Kepercayaan ini merupakan “Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita tidak lihat” (Ibr 11:1).
Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
Salah satu contoh pekerjaan orang beriman, misalnya pekerjaan iman yang dilakukan oleh Nuh. Ia mempersiapakan BAHTERA untuk menyelamatkan keluarganya dari air bah.
Ia mengambil sikap/keputusan ketika ada petunjuk dari Allah. Nuh melakukan itu tanpa mengetahui hasil akhirnya. Namun, dengan dorongan/daya imannya, ia tekad-niat untuk mempersiapkannya sesuai perintah Allah. Singkatnya: karena Nuh percaya pada Allah maka ia dan keluarga SELAMAT.
C. PENDIDIKAN MORAL SEBAGAI CALON GURU AGAMA ATAU PEWARTA SABDA ALLAH
a. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke kegenarasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Secara Bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku (tingkalaku) seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan. Tujuan utama pendidikan adalah untuk HIDUP atau SELAMAT.
b. Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam Bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).
c. Pendidikan Moral
Pendidikan Moral adalah upaya memanusiakan manusia. Pendidikan bertujuan tak hanya untuk membentuk manusia yang cerdas otaknya dan terampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan menghasilkan manusia yang memiliki moral. Maka dari itu, pendidikan semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan kepada mahasiswa (peserta didik), tetapi juga mentransfer nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.
Sebagaimana umat Israel selamat dengan kedua nilai-nilai ini yang termuat di dalam sepuluh Firman Allah. Allah mentransfer sepuluh firman kepada Musa agar bangsa Israel HIDUP atau SELAMAT sampai tanah terjanji. Maka dengan transfer nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, kita diharapkan dapat menghargai kehidupan orang lain tercermin dalam tingkah laku agar memahami pengertian dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam terang Roh Kristus yang menghidupkan dan menyelamatkan kita.
D. HIDUP DALAM ROH KRISTUS YANG MEMBEBASKAN
Hidup bagaikan perlombaan lari, demikian yang dialami Paulus (Bdk. Flp. 3: 1b-16). Perhatian kita seluruhnya tertuju pada hadiah yang di depan. Hadiah itu adalah panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. “Segala sesuatu kuanggap sampah karena aku telah ditangkap Kristus”.
Kita mengenal Paulus ternyata tidak sia-sia karena seluruh orientasi hidupnya berpusat pada Yesus Kristus. Yang Paulus inginkan adalah hidup dalam Roh Yesus Kristus; sehingga bukan Paulus sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup dalam dia. (Bdk. Gal. 2:20)
Kristus yang sama itulah yang memberikan Roh-Nya kepada kita. Dan Roh Yesus Kristus ini yang menggerakkan kita menuju kepada Allah.
Marilah kita hidup dalam Roh Yesus Kristus yang membebaskan, supaya kita menjadi milik Kristus. Dengan menjadi milik Kristus kita dapat menampakkan buah-buah Roh yang adalah kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri. Sikap iman inilah yang perlu kita hayati.
E. RELEVANSI SIKAP IMAN & PENDIDIKAN MORAL SEBAGAI CALON GURU AGAMA ATAU PEWARTA SABDA ALLAH
Sesungguhnya, iman dan sikap (perilaku-moral) hidup nyata sehari-hari merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Iman tidak hanya soal doa, hidup ibadah, perayaan liturgi, devosi, membaca kitab suci, meditasi dan hening. Singkatnya, iman bukan soal hidup mistik/rahasia yang jauh dari kenyataan. Iman bukan soal urusan hubungan kita dengan Allah saja (vertikal). Tetapi juga hunungan kita dengan sesama (alam dan manusia), horisontal.
Iman melekat dalam kenyataan kodrat, hidup nyata, pergumulan dan perjuangan sehari-hari, di rumah, di Kampus atau di sekolah, di gereja, di kebun, di kantor, di pasar, di mana saja! Inilah aspek horisontal iman yang kerap dilupakan; namun tanpa dalam perwujudan dan tindakan! Iman yang begini justru semakin menantang untuk dihayati, dilaksanakan dan diwujudkannyatakan dalam kehidupan pribadi maupun bersama.
Secara biblis, kaitan antara iman dan hidup nyata sehari-hari telah ditegaskan dan disimpulkan serta menjadi landasan perjuangan kita, oleh St. Yohanes ketika menulis, “Sang Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kita!” (bdk. Yoh. 1:14). Dalam permenungan itulah dirangkum kenyataan iman yang terkait erat dengan hidup nyata sehari-hari.
F. KESIMPULAN
Baik Belajar, khotbah, kerja dan doa maupun cara lain dalam hidup kita untuk mewartakan SABDA ALLAH, menimbulkan dan memperdalam IMAN KEPERCAYAAN akan Yesus. Iman kepercayaan kita akan Yesus Kristus itulah yang kita menyatakan dalam sikap (perilaku) hidup. Dengan itu, kita mampu membedakan baik dan buruk perilaku kita setiap hari.
Kita sebagai orang yang telah diutus untuk menelah pendidikan demi mendaginkan SABDA ALLAH di dalam hidup tiap hari.
Dengan dilandasi Iman yang kuat, sikap yang baik dan menjujung tinggi nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan demi pendewasaan kita untuk tetap HIDUP dan atau SELAMAT.
(Materi OSPEK di Kampus STK “Touye Paapaa” Deiyai, 7 Agustus 2024)
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.