MATERI OSPEK STK-TP 2024
Oleh Yulius Pekei, S.Pd. M.Pd.
=======================================================
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita di Meeuwo. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, Kejahatan Terhadap lingkungan, Kejahatan Terhadap Tuhan, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik terhadap Alam, Manusia dan Lingkungan sehingga jangan padamkan semangat belajar di STK-TP.
Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter kita dalam proses perkuliahan di banku kuliah di STK-TP. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat: memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara dan Alam Sekitarnya. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya, Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
Nilai Kehidupan dalam pendidikan karakter terdiri dari 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yang kita perluh hayati masa perkembangan Diri Individu kita yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, dan Tanggung jawab.
Nilai-nilai pendidikan karakter terdiri dari 18 Nilai Pendidikan Karakter, Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Nilai Ingin Rasa Tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar kemudian mengembangkanya pada anak dengan cara mengajak anak meneliti sesuatu yang ada disekitarnya kemudian berdiskusi sederhana tentang apa yang sudah diteliti!
Nilai Semangat Kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya! cara mengembangkannya pada anak bisa melalui mempelajari cara dan polah hidup adat isti adat dari orang lain.
Nilai Cinta Tana Air yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Nilai Peduli Lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya menghayati kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi! Secara menyeluruh dan mengembangkannya rasa peduli lingkungan yaitu dengan mengajak anak untuk berkebun dan mengajari mereka untuk menanam Pohon yang ada disekitar kita dan lingkungan umum seperti di lingkungan sekolah, gereja, dan rumah sakit. Mengajak anak menjaga dan memlihara tanaman merupakan mencintai lingkungan alam yang senantiasa menyelamatkan kita dalam kehidupan.
Berkaitan dengan prinsip-prinsip nilai di atas ini, berikut ini dikemukakan sejumlah ungkapan nasehat yang keluar dari mulut Para orang tetua yaitu sebagai berikut:
- AKI KIIDI TEEKOWAAPE KO, AKI NOTA TENAIINE! Jikalau anda sendiri tidak bekerja, maka anda tidak akan makan!
- AKI KIIDI DIMI TEGAAPE, AKI BEU KODO TO TOUUNE! Jikalau anda’sendiri tidak berpikir,
maka anda tetap tak punya!
- AKI KIIDI BIDA TEKIIPE, AKI DEBU KODO TO TOUUNE! Jikalau anda tidak menjadi kuat, maka anda akan tetap lemah!
- AKI KIIDI TETOPIIPE, AKI EWOO KODO TO TOUNE! Jikalau anda tidak belajar, maka anda akan tetap bodoh!
- AKI KIIDI TEUBAAPE KO, AKI TEDOOMAKAI NE! Jikalau anda sendiri tidak mencari, maka anda tidak akan menemukan!
- AKI KIIDI MATOKA TE=TUWAAPE KO, AKI DABA KIDI TO TOU NE! Jikalau anda sendiri tidak rajin, maka anda akan tetap miskin!
- BOKAI PUTUU, WOYA AWII MA, PINI AWII MA KO, AKI KIDI. AKAATO GANEIDA!. Usiamu menjadi panjang atau pendek, ada di tangan anda sendiri!
Kita mahasiswa STK-TP adalah makluk yang ingin mendalami diri tentang pentingnya berakal budi dan berbatin.. Tugas kita dalam hidup tidak boleh dibedakan adalah, berpikir. Berpikir itulah panggilan martabatnya dan kenyataan ini pula yang membedakan manusia dari segala makluk yang lain. Dengan tindakan berpikir manusia membuahkan pemikiran-pemikiran. Tindakan berpikir yang merupakan keseluruhan dari kegiatan rohani manusia itu disebut “GAI”. Dengan berpikir manusia melahirkan pemikiran yang dinamakan “DIMI”. akal budi yang berpikir itu disebut “DIMI GAI” . sedangkan bathin yang berpikir adalah “KEGEPA GAI”, namun akal budi dan bathin yang berpikir ini dapat disingkat saja dengan menyatakan “DIMI GAI”. Dengan menyatakan berpikir yang dimaksudkan adalah akal budi dan bathin yang berpikir. Hasil kegiatan berpikir itu adalah pemikiran atau dimi agar kita selesai dari STK-TP
Jika dikatakan “pemikiaran” maka yang dimaksudkan adalah keseluruhan yang meliputi: pengertian dan pemahaman , pandangan dan dan pengetahuan, pendapat dan pendidikan, penerangan dan pengajaran, pembinaan dan pembimbingan penyadaran dan keteladanan, pengarahan dan petua. Ini juga yang musti dipikirkan manusia terus menerus.
Tindakan berpikir, manusia berpikir dengan bersama, berpikir dari, berpikir melalu, berpikir karena, berpikir untuk, berpikir supaya, berpikir kepada segala sesuatu yang bisa dan harus dipikirkanya. Dalam tindakan berpikir juga adalah tugas dan segalanya merenung dan mengerti, menyadari dan memahami, menyinsyafi dan menganalisa menyeleksi dan menyentukan, menyetapkan dan mengarahkan, menyimbang dan memilih segala pemikiran yang dipikirkanya.
Almarhum Manfred Mote juga pernah menyinggun dalam buku Touye bahawa bahwa manusia yang berpikir itu musti memikirkan “pikiran –pikiran sejatih manusia yang hidup”. Maksud dari pemikian-pemikiaran yang hidup adalah segala pemikiran manusia yang entah langsung ataupun tak langsung. Dengan hidup dan kehidupan ini juga yang menyatakan dan mengungkapkan hidup serta kehidupan, lagi pula yang menunjuk dan mengarahkan kepada hidup dan kehidupan serta mengantar dan menjadikan manusia hidup dan berkehidupan. Semua pemikiran yang tak bertentangan dengan hidup dan kehidupan boleh dijadikan sebagai objek pemikiran. Alamat utama dari kegiatan berpikirmusti terarah atau diarahkan kepada (DIMI) manusia –manusia yang hidup atau lain perkataan kehidupan dan hidup manusia, musti merupakan tujuan dasar dari segenap tindakan berpikir. Semua pemikiran yang merongrong dan mengancam hidup dan kehidupan manusia tak boleh ada, tak boleh diadakan dalam kegiatan berpikir.
Tugas kita bersama yaitu kita semua manusia, entah dari mana asal negeri dan suku bangsa, enta dari apa ras dan bangsahnya, enta apa dia itu seorang pria atau wanita, enta dia adalah seorang yang peranan belajar di sekolah atau tidak, enta dia itu adalah orang yang sedang memangku suatu jabatan atau bauwahan yang memiliki sikap hormat dan rakyat jelata, entah apa ideologi dan keyakinanya yang ada didalam dirinya untuk secara terpadu dan bersama-sama memikirkan hakekat sejati dari hidup dan kehidupan kita ini. Panggilan kita bersama selaku manusia adalah untuk dari hati yang di penuhi rasa cinta yang suci memikirkan nasib dari hidup dan kehidupan ini.
Kita sudah masuk di lingkungan STK Touye Paapaa, berarti kita menyadari sunggu bahwa kita sudah masuk dunia yang beda dgn lingkungan sebelumnya, sehingga semua perluh menyadari bahawa manusia adalah makluk yang hidup. Kita semua menambakan suatu hidup atau kehidupan yang layak dan manusiawi. Kita semua disadari maupun tidak disadari bating kita sedang merindukan hidup dan kehidupan yang sungguh –sungguh manusiawi. Kita semua adalah manusia yang bermartabat satu dan sama yaitu hidup dan berkehidupan yang berpikir dan berpemikiran. Kenyataan yang membahagiakan bila kita semua sepikir dan sehati untuk merumuskan pemikiaran-pemikiran yang mengajarkan tentang hidup dan kehidupan yang mengantar kepada kesejatraan dan kedamaian universal.
Martabat sejati manusia ini musti dipelihara, dibimbing dan diarahkan, dibina di didik oleh akal budi dan hati nurani yang memancarkan kebenaran dan kebijaksanaan. Bukankah potensi kebenaran dan kebijaksanaan bertahkta di dalam diri kita semua manusia?, bukankah kita semua manusia yang hidup musti berakal budi dan berhati nurani yang benar lagi bijaksana untuk memprogramkan segenap kegiatan berpikir yang mengarah kepada hidup dan berkehidupan yang manusiawi?, bukankah manusia yang hidup harus berpikir mengenai hidup dan kehidupanya?,. jika kita semua manusia menyadari betapa pentinya hidup dan kehidupan martabat serta martabat yang hidup dan berkehidupan, maka kita akan percaya dalam pemikian bahwa kita semua manusia yang musti memprogramkan dan melaksanakanya.
Bilah kita manusia berpikir, pemikiran yang kita hasilkan harus memancarkan sinar-sinar yang menerangi kehidupan , bila kita manusia mengerti pengertian yang kita buahkan musti menampilkan warna darti kesejatian hidup ini. Bilah kita manusia memahami, pemahaman yang kita semakin hendaknya menumbuhkan semangat yang suci guna menata makna keluhuran hidup dan kehidupan ini; bila kita manusia memandang pandangan kita wajib menaburkan kedalam kediarian setiap insan mulia dari martabat agung insang yang hidup. Bila kita manusia menyadari, kesadaran kita wajib mengaliran aliran aliran air yang hidup yang menghidupkan yang bersumber dari kedalaman diri demi berseminya rasa kasih yang tulus kepada nilai kemanusiaan manusia; bila kita manusia mensyafi, keinsyafian kita harus terarah kepada cinta yang universal untuk menyapa setiap manusiah terlebih kepada jiwa-jiwa yang mendambakan perhatian jujur yang datang dari hati yang benar. Bila kita ,manusia menganalisa. Analisa kita musti berpangkal tolak dari pengalaman hidup dan kehidupan. Realita hidup dan kehidupan yang sedang dialami dan musti tentang hidup dan kehidupan yang akan dijelajah dimasa depan nanti yang mana semua itu merupakan realita saja yakni’ hidup dan atau kehidupan, agar hidup dan kehidupan ini sendiri menjadi suatu berita yang mensuka citakan; bila kita manusia menyeleksi. Seleksi kita itu hendaknya memberikan orientasiyang jelas dan benar untuk menjalani hidup dan kehidupan.
Bila kita manusia menentukan , penentuan kita hendaknya memberikan pedoman ibarat tongkat yang menuntun perjalanan bagi orang yang buta dalam hidup dan kehidupan semua insane agar bukan duka nestapa yang menjadi alamat hidup dan kehidupan menuju kesejatraan dan kedamaian yang menyegarkan jiwa raga dari manusia yang utuh bila kita manusia yang menetapkan . penetapan kita itu tentu wajib berisi makna kegembiraan yang menghibur setiap manusia yang dirundung kegelapan, karena kepahitan- kepahitan yang dialami dalam hidup dan kehidupannya. Bilah kita manusia mengarahkan , pengharaan kita musti memperlihatkan dan menyuarakan kegairaan yang menggerolakan setiap lubuk manusia untuk berpegang tegu dalam pemikran dan kepercayaan akan kebenaran dan kebijaksanaan bahwa tujuan akhir definitif dari manusia adalah hidup atau kehidupan, bila kita manusia menyimbang pertimbangan kita itu harus yang berkebenaran dan berkebijaksanaan itulah inti sari kehidupan dan kehidupan dan hidup manusia yang dari padanya mengalirkan segala nilai kebaikan yang berpusat pada martabat mulia dari manusia. Bila kita manusia berpikir semua yang disebut di astas inilah yang umumnya kita pikrkan;
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat menyimpulkan bahawa pendidikan karakter berarti sifat-sifat kebiasaan yang memebedakan seseoran dari orang lain. Yang mengandung komponen pengetahuan tentang Ke-Tuhanan, Pengetahuan Tentang Kesadaran Individu, Kesadaran Lingkungan kesadaran sesama “Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, dan Tanggung jawab.
Saran
- Pendidik menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif!, oleh sebab itu kita perluh menanamkan nilai nilai karakter yang baik yang dari leluhur yang di warisi melalui amanat atau pesan yang di sampaikan melalui cerita rakyat, mitos, legenda , perluh kita lestarikan dan merawatnya demi keselamatan kelangsungan hidup kita.
- Mahasiswa STK-TP Perluh belajar bannyak tentang reverensi yang ada baik melalui perkuliahan di STK-TP.
- Mahasiswa STK-TP Perluh miliki buku pegangan mata kuliah dari dosen selama belajar di STK -TP dan perluh pelajari mendalam buku Almarhum Manfred mote tentang “BUKU TOUYE”
DAFTAR PUSTAKA
- Arikunto, Suharsimi. 1991. Penelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
- Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interkasi Edukatif.
- Ali, Hamdali. 1985. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang,
- Amini, Ibrahim. 2006. Agar Tak Salah Mendidik Anak. Jakarta: Al Huda,
- Mote Manfred, 20013, TOUYE Pegangan Hidup Bersama ) Timika: Cermin Papua